Minggu, 11 Agustus 2013

Menanam dengan Kasih di Batu Karang

* Uskup Agung Kupang Tanam Sorgum di Oepaha CUACA di Oepaha, Desa Oeltua, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Jumat (14/6/2013), cukup bersahabat. Surya bersinar cerah, angin berembus lembut, menambah sejuk daerah di ketinggian itu. Pada hari itu, warga Oepaha berdiri rapi di pertigaan jalan, mengenakan busana khas Timor. Mereka menunggu kedatangan Uskup Agung Kupang (KAK), Mgr. Petrus Turang, Pr, yang hendak menanam sorgum di lahan seluas 2 hektare milik warga. Sekitar pukul 10.30 Wita, Uskup tiba di pertigaan itu. Ia didampingi Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui, Romo Kornelis Usboko dan Romo Dedy Ladjar, dan Ketua Delsos KAK, Drs. Kanis Kusi. Begitu turun dari mobil, Uskup dan rombongan disalami warga. Bahkan Uskup, Pastor Paroki dan Ketua Delsos dikalungi seledang timor. Dari pertigaan itu, Uskup dan rombongan diantar ke sebuah tenda darurat di tengah ladang yang telah disiapkan, diiringi tari- tarian. Uskup mengagumi para penari yang terdiri dari ibu-ibu karena dengan kaki telanjang mereka mampu berjingkrak- jingkrak di atas batu karang. Menurut Uskup, para penari memiliki kemampuan meringankan badan sehingga kaki mereka tidak kesakitan atau terluka menginjak batu karang. Di tenda tadi, warga sudah menyiapkan bibit sorgum berbagai jenis. Ada bibit sorgum lokal berwarna putih dan merah. Ada pula sorgum hibrida yaitu varietas Lamongan dan varietas Lumbu. Menurut seorang pemerhati pertanian setempat, John Kadati, bibit sorgum lokal merupakan bantuan KAK melalui Delsos sebanyak 2 kg. Sedangkan varietas Lamongan dan Lumbu didatangkannya sendiri. Bibit-bibit sorgum itu tidak langsung ditanam, tapi lebih dahulu didoakan bersama-sama. Uskup memimpin doa lalu memberkati air yang kemudian direcikkan pada benih-benih sorgum tersebut. Inilah nilai terpenting dari kehadiran uskup dan pastor paroki pada moment tersebut. Setiap benih yang ditanam harus didoakan supaya bisa tumbuh subur dan memberikan hasil berlimpah. "Kita meminta berkat dari Tuhan untuk apa yang kita tanam. Kita menanam dengan kasih di atas batu karang. Betapa pun kerasnya batu karang kalau kita bekerja sama, pasti bisa. Semoga pengalaman hari ini juga menjadi tanda untuk kita saling memperhatikan," kata Uskup. Untuk menanam bibit sorgum tersebut, warga telah menyiapkan tali agar benih-benih itu bisa ditanam dalam garis lurus. Penanaman pertama dilakukan oleh Uskup, diikuti Ketua Delsos, Pastor Paroki Penfui dan John Kadati. Selanjutnya warga menanam beramai-ramai. Terjadi dialog yang akrab antara Uskup dan para petani selama penanaman itu. Uskup menyampaikan sejumlah kearifan yang perlu dilestarikan para petani. Misalnya, setelah memasukkan benih, lubang tidak boleh ditutup menggunakan kaki. Sebelum di Oepaha, penanaman sorgum di lahan warga sudah dilakukan di Manuat, Desa Baumata Timur beberapa bulan lalu. Sorgum tersebut sudah dipanen dengan hasil yang menakjubkan. John Kadati yakin penanaman di Oepaha bakal jauh lebih menakjubkan karena letak Oepaha di ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan laut dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Kondisi itu pula yang memberanikannya menanam sorgum pada musim kemarau. Uskup mengatakan, supaya sorgum yang ditanam bisa berhasil, warga harus menanam di atas areal yang lebih luas lagi, diikuti perawatan dan kasih sayang terhadap tanaman tersebut. Namun, dia menyarankan agar warga tidak hanya menanam sorgum, tapi tanam juga jagung dan ubi-ubian. Tanaman-tanaman itu ditanam secara tumpang sari. "Kita menanam tanaman yang saling mendukung," pintanya. Krisis Air Meskipun warga Oepaha memiliki lahan yang masih luas dan menghasilkan berbagai tanaman pertanian, satu kebutuhan vital yang hingga saat ini masih sebatas kerinduan mereka adalah pemenuhan kebutuhan air bersih. Menurut John Kadati, untuk mendapatkan air bersih warga setempat harus berjalan kaki sekitar dua kilometer ke sumur Oelbisokan. Warga sering terlambat ke gereja pada hari Minggu juga karena harus antre berjam-jam di sumur dengan kedalaman 4 meter itu. Selain sumur Oelbisokan, warga tidak memiliki mata air yang lebih dekat. Masalah air ini bisa diatasi kalau diupayakan penggalian sumur bor di lahan warga. John mengaku sudah mengajukan proposal ke P2AT (Proyek Pengembangan Air Tanah) Kabupaten Kupang agar bisa dilakukan survei pembangunan sumur bor di wilayah itu. Uskup mengatakan, warga harus bersyukur kalau ada lembaga yang siap membantu pembangunan sumur bor. Tetapi warga juga harus bisa menyimpan air hujan dengan membangun bak atau embung-embung. Uskup pun siap membantu pembangunan sumur bor bagi warga asalkan warga bersedia memberikan surat penyerahan tanah. Menanggapi Uskup, Ketua Stasi Oeltua, Benyamin Bani menyatakan siap memberikan tanah. Bahkan untuk gereja, kata Benyamin, warga sudah menyediakan tanah sekitar 5.000 meter persegi. Oepaha, dalam bahasa setempat, berarti daerah perbatasan. Menurut Benyamin, wilayah ini dihuni oleh 30 kepala keluarga atau 158 jiwa. Mereka pada umumnya petani ladang. Beberapa di antaranya memiliki sawah di Oesao. (agus sape) POS KUPANG/AGUS SAPE DIALOG -- Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr (kanan) sedang berdialog dengan warga Oepaha di atas lahan penanaman sorgum, Jumat (14/6/2013).