Minggu, 06 Januari 2008

DIPA 2008 harus tepat sasar

PADA hari Jumat (4/1/2008), Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, secara simbolis menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) NTT tahun 2008 kepada 10 satuan kerja yang mewakili unsur TNI, Polri, instansi vertikal dan instansi daerah. Pada saat itu juga Lebu Raya menandatangani berita acara penyerahan DIPA tersebut.
DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran belanja negara yang dibuat menteri dan kepala lembaga yang tertuang dalam APBN. Untuk tahun anggaran 2008, Propinsi NTT mendapat DIPA senilai Rp 10,7 triliun lebih, naik 20,88 persen dari nilai DIPA tahun 2007 yaitu Rp 9,2 triliun lebih.
Total nilai tersebut merupakan akumulasi DIPA untuk instansi vertikal kementerian/lembaga di daerah, tugas pembantuan untuk satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di propinsi/kabupaten/kota dan DIPA dekonsentrasi untuk SKPD propinsi, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus (Pos Kupang, 5/1/2008).
Peristiwa ini boleh kita sebut sebagai titik awal pelaksanaan tahun anggaran 2008 di NTT, termasuk di 20 kabupaten/kota. Peristiwa ini hanya berselang dua hari setelah pemerintah pusat membagi-bagikan DIPA tahun 2008 kepada 33 gubernur di Indonesia, Rabu (2/1/2008).
Secara nasional, anggaran belanja negara tahun 2008 ditargetkan mencapai Rp 854,7 triliun. Sebanyak 573,4 triliun di antaranya dialokasikan untuk anggaran belanja pemerintah pusat, selebihnya ditransfer ke daerah-daerah sebagai dana desentralisasi (dana perimbangan, dana otonomi khusus dan penyesuaian). Pada tahun 2007, total anggaran belanja negara ditargetkan mencapai Rp 752 triliun (Kompas, 2/1/2008).
Seremoni penyerahan DIPA, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun yang dilakukan Pemerintah Propinsi NTT, bukan hal baru. Seremoni seperti ini dilakukan secara rutin pada setiap tahun anggaran. Dengan demikian, kita pastikan seremoni yang sama sudah dilakukan pada tahun anggaran 2007 dan akan dilakukan lagi pada tahun anggaran 2009, dan seterusnya.
Dengan dana ini, pemerintah bisa menjalankan roda pemerintahan, terutama kegiatan pembangunan kemasyarakatan. Untuk tahun anggaran 2008 ini, kita cukup optimistik bisa melaksanakan tepat waktu dan bisa terserap sampai 100 persen.
Mengapa kita optimistik? Karena dilihat dari jadwal riil dimulainya pelaksanaan tahun anggaran ini, kita sudah memulainya hampir tepat pada titik awal tahun anggaran 2008. Dengan ini, tidak ada alasan bagi setiap satuan kerja untuk terlambat memulai pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan melalui instansinya.
Kita juga optimistik anggaran ini bisa terserap seluruhnya karena kita akan menghadapi begitu banyak agenda pembangunan yang membutuhkan dukungan dana besar. Kita sedang menghadapi berbagai bencana alam yang akan diikuti masalah rawan pangan. Kita juga sedang menghadapi masalah rawan gizi yang mendera begitu banyak balita generasi masa depan kita. Kita menghadapi berbagai masalah kerusakan infrastruktur, terutama fasilitas transportasi.
Namun, optimisme ini harus pula didukung oleh kemudahan penyaluran dana dengan memangkas jalur birokrasi. Hal ini sudah dijamin Kepala Kanwil XXII Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kupang, Teddy Rukmana. Menurut Teddy, pemberian dana kepada daerah akan dilakukan melalui proses transfer ke rekening masing-masing daerah.
Optimisme pelaksanaan DIPA ini juga didukung oleh pelaksanaan DIPA tahun 2007 yang disinyalir selesai tepat waktu. Namun, prestasi ini bukan tanpa catatan. Seperti yang dikemukakan Wagub Lebu Raya, daya serap anggaran dalam tiga tahun terakhir cenderung tidak merata sepanjang tahun. Penyerapan pada awal tahun masih rendah, bahkan sampai dengan triwulan ketiga penyerapannya hanya 50 persen.
Itu berarti 50 persen dari anggaran itu baru dilaksanakan dalam satu triwulan terakhir, suatu tenggat waktu yang sangat pendek. Apa yang dikemukan Wagub Lebu Raya itu, kita yakin benar. Kita saksikan pada bulan November, terlebih Desember dalam setiap anggaran, begitu banyak kegiatan yang dilakukan berbagai satuan kerja/instansi. Sangat terasa bahwa kegiatan-kegiatan itu sekadar menghabiskan anggaran.
Maka tanpa harus dibuat suatu penelitian, kita langsung bisa menyimpulkan bahwa pelaksanaan anggaran itu tidak tepat sasar. Masyarakat sebagai sasaran dari anggaran tersebut boleh dikatakan tidak mendapat manfaat dari penggunaan anggaran itu. Kalau demikian, pelaksanaan anggaran ini tidak bisa dikatakan berhasil. Kebiasaan ini mestinya tidak diulang pada tahun 2008 ini. Kita harus lebih gesit lagi. DIPA 2008 juga harus tepat sasar. *

Ribuan anak-anak rayakan HUT Sekami

Pos Kupang, 7 Januari 2008
Oleh Agus Sape

* Di Gereja St. Maria Assumpta-Kupang
KUPANG, PK -- Ribuan anak-anak, wakil dari berbagai paroki di wilayah Keuskupan Agung Kupang (KAK), memadati gereja St. Maria Assumpta-Kupang, Minggu (6/1/2008). Mereka merayakan misa untuk memperingati hari ulang tahun (HUT) Serikat Kepausan Anak Misioner (Sekami) sedunia.
Misa itu dipimpin Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr, bertepatan dengan pesta Penampakan Tuhan (Pesta Tiga Raja). Dalam kotbahnya, Uskup mengajak anak-anak untuk mencari bayi Yesus sama seperti yang dilakukan para majus.
Berkaitan dengan HUT Sekami, Uskup mengajak para orangtua untuk mendorong anak-anaknya masuk Sekami. Dengan masuk Sekami, anak-anak sejak dini belajar mengenal dan mencintai Yesus dan sesama. Dengan masuk Sekami pula, anak-anak mulai belajar menjadi misionaris-misionaris cilik yang membawa warta cinta kasih kepada sesama.
Pesan-pesan Uskup disampaikan melalui penggalan-penggalan pantun. Dengan gaya ini, kotbahnya terasa menyapa anak-anak. Bahkan di awal misa Uskup sempat berdialog dengan anak-anak tentang maksud kehadiran mereka dalam gereja itu.
Pelaksanaan misa berlangsung semarak. Liturgi ditanggung seluruhnya oleh anak-anak Sekami, termasuk koor. Pada bagian komunio, perwakilan dari setiap paroki membawakan masing-masing satu lagu. Utusan salah satu paroki membawakan lagu Alleluia Handel, yang mengundang decak kagum dan tepuk tangan hadirin.
Dalam misa ini, anak-anak juga mendapat berkat satu-persatu langsung dari Uskup. Hal ini menjadi motivasi dan pengalaman menarik bagi perkembangan iman anak-anak. Karena itu, hujan yang sempat mengguyur selama misa itu tidak menyurutkan semangat mereka.
Ruangan dalam gereja itu tidak cukup menampung anak-anak tersebut. Banyak dari mereka harus berdiri di luar gedung, padahal orang-orang dewasa, termasuk orangtua yang mendampingi mereka, sudah rela berdiri dan mengikuti misa dari luar gedung.
Meskipun perayaan HUT Sekami dipusatkan di Gereja St. Maria Assumpta, anak-anak juga merayakan HUT Sekami di paroki atau stasi masing-masing. Di kapela Yesus Maria Yoseph Liliba, Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui, misalnya, anak-anak Sekami Wilayah XVI membawakan koor. (ati/eni)