Jumat, 19 Oktober 2007

Berantas kusta di Solor

Oleh Agus Sape

MEMBACA warta tentang penyakit kusta yang menyerang 34 warga empat desa di Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur (Flotim), kita kaget bukan main. Sama seperti pernyataan anggota DPRD Flotim kita heran, kok di zaman seperti ini masih ada juga warga kita yang menderita penyakit yang dulu distigmakan sebagai kutukan itu.
Berkat perkembangan bidang kedokteran, stigma itu akhirnya dicabut karena toh kusta bisa diobati dan bisa disembuhkan. Tapi, mengapa di Flores Timur penyakit ini masih bercokol? Di sinilah kita bisa mengukur tingkat kesadaran masyarakat akan hidup sehat.
Sebagaimana dikemukakan para dokter setempat, penyakit ini memang sifatnya menular. Kalau kondisi kesehatan (gizi) masyarakat tidak memadai, daya tahan tubuhnya menurun, juga faktor kebersihan lingkungan dan kekurangan air, maka kusta akan mudah menular.
Kalau masyarakat empat desa di Solor Barat berada dalam kondisi seperti disebut di atas, maka masalahnya tidak sebatas rendahnya kesadaran akan pentingnya hidup sehat. Peran aktif pemerintah, mulai dari pemerintah daerah sampai pemerintah desa sangat diperlukan. Tidak ada alasan bagi pemerintah, dalam hal ini petugas kesehatan, untuk tidak bisa menjangkau warga yang tertular penyakit ini. Asal saja pemerintah memberi perhatian serius dan terus-menerus, masalah ini tidak bakal terus bercokol di kalangan masyarakat desa.Upaya sosialisasi penanganan penyakit kusta yang dilakukan Tim Penggerak PKK Flotim ke wilayah Solor Barat pekan lalu mudah-mudahan menjadi awal dari perhatian serius terhadap masalah ini. Namun hal ini hendaknya tidak dilakukan sekali, tetapi terus menerus. Upaya ini pun harus diikuti evaluasi terus- menerus, seberapa efektif upaya yang dilakukan. Sebab banyak kali gagalnya upaya-upaya kita terletak pada pendekatan yang kita lakukan.
Artinya, kalau masyarakat di Solor Barat itu enggan memeriksakan diri ke puskesmas karena malu, petugas mestinya menjemput bola, mendatangi mereka di desa-desa di mana terdapat penderita itu. Bahkan kalau mereka lari dan bersembunyi di kebun-kebun, apa susahnya petugas datang ke sana? Bukankah medan Solor bisa dijangkau? Selain supaya para penderita itu yakin bahwa penyakitnya bisa diobati dan disembuhkan, bukankah ini juga sebagai bentuk pelayanan kita kepada masyarakat? Sia-sialah Flotim maju dalam bidang-bidang lain kalau penyakit kusta ini tidak bisa diberantas. Bahkan ketika kusta masih menyerang suatu masyarakat, orang langsung bisa mengukur betapa masyarakat itu masih rendah peradabannya. Jadi derajat kesehatan masyarakat juga menjadi ukuran peradaban.
Masalah ini menjadi tantangan bagi pemimpin Flotim saat ini. Masih begitu banyak masalah yang bercokol di Solor saat ini. Selain masalah ketersediaan pangan, masalah yang harus segera diatasi adalah masalah transportasi darat, masalah penerangan listrik dan masalah air bersih.Sudah ada upaya-upaya yang dilakukan pemerintah saat ini, namun hendaknya terus dilakukan. Terutama air bersih. Alam Solor yang kering memang kita tidak bisa mengharapkan banyak soal air bersih. Karena itu, diperlukan upaya sadar dari pemerintah untuk mengoptimalkan sumber-sumber air yang ada. Pemerintah perlu mengusahakan pendistribusiannya ke seluruh pulau sehingga air yang terbatas tidak hanya dinikmati segelintir warga, tetapi juga dirasakan oleh seluruh warga Pulau Solor.
Ketersediaan air bersih secara memadai memungkinkan masyarakat untuk mengupayakan hidup bersih dan lingkungan bersih, mengusahakan makanan bergizi dan lengkap dari segi persyaratan kesehatan. Bahkan tidak hanya penyakit kusta yang bakal hilang, penyakit apa saja yang sifatnya menular bakal hilang kalau persediaan air cukup.
Kalau upaya-upaya itu juga tidak cukup efektif untuk membebaskan warga dari ancaman penyakit kusta, maka tidak ada salahnya kalau para penderita ini diambil dan dimasukkan ke panti rehabilitasi yang secara khusus merawat para penderita kusta. Yang kita tahu di Lewoleba ada Panti St. Damyan yang secara khusus merawat para penderita kusta. Pemerintah setempat jangan mengharapkan keberhasilan kalau masalah penyakit kusta ini saja tidak bisa diatasi.
Tetapi, sekali lagi, keberhasilan penyembuhan penyakit kusta ini tidak hanya dengan pengobatan, tetapi juga bagaimana faktor-faktor pendukung seperti air bersih tersedia secara memadai di wilayah.* Pos Kupang, 16 Oktober 2007

Tidak ada komentar: