Jumat, 19 Oktober 2007

Kasus dana gizi buruk di TTU, kader Posyandu tidak terima telur dan ikan

Oleh Julianus Akoit

KEFAMENANU, PK--Para kader pos pelayanan kesehatan terpadu (Posyandu) di sejumlah desa di Lurasik, Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), mengaku tidak pernah ada petugas gizi dari kecamatan yang menyerahkan bantuan ikan kering dan telur untuk perbaikan gizi ibu hamil (bumil). Sedangkan pendropingan bantuan makanan tambahan bagi balita gizi buruk jumlahnya tidak mencukupi.
Pengakuan ini disampaikan oleh kader Posyandu IV, Desa Hauteas, Ny. Jasinta Mutik (40), ketika ditemui di kediamannya, Jumat (19/10/2007) siang. "Ibu hamil di sini belum pernah mendapat bantuan ikan kering dan telur untuk perbaikan gizi dari petugas gizi di Puskesmas Lurasik. Belum pernah itu. Yang saya dengar dari banyak orang, ada dana Rp 90 juta untuk itu. Tapi petugas beli apa saja, kami kader tidak tahu," jelas Ny. Mutik. Ia justru mengaku baru tahu pasti dari wartawan kalau sebenarnya ada dana perbaikan gizi untuk ibu hamil.Tentang bantuan untuk balita gizi buruk, kata Ny. Mutik, pada bulan September lalu petugas memberi bantuan kacang hijau dua kilogram, susu dancow bubuk tiga sachet (bungkus) seharga Rp 1.500,00 dan gula pasir sebanyak dua bungkus seharga Rp 1.000,00.
"Bantuan itu mubazir dan saya tidak bisa masak bubur kacang hijau untuk dijadikan makanan tambahan bagi para balita. Pasalnya, saya punya balita asuhan berjumlah 80 orang. Bagaimana para balita ini bisa makan bubur kacang hijau sebanyak dua kg? Susu bantuan tiga bungkus dan gula pasir dua bungkus itu cuma bisa buat susu untuk tiga balita. Saya tidak tahu kenapa petugas kasih cuma begitu saja," beber Ny. Muti dengan nada tinggi. Dikatakannya, pada Kamis (18/10/2007) siang, ia mendapat bantuan 72 dos susu dari Koramil Biboki Utara. "Masing-masing balita asuhan saya, mendapat 9 bungkus susu dari Pak Tentara di Lurasik. Hanya itu saja. Dan belum pernah ada bantuan susu dari petugas gizi di Puskesmas Lurasik untuk jatah bulan Oktober ini," jelas Ny. Mutik.Di Desa Biloe, salah seorang kader posyandu yang ditemui di kediamannya mengatakan, ia belum pernah melihat petugas membagikan bantuan ikan kering dan telur bagi perbaikan gizi ibu hamil. "Belum ada itu. Saya kok baru tahu ada dana perbaikan gizi bagi ibu hamil. Pokoknya sampai sekarang belum ada petugas kasih ibu hamil di sini ikan kering dan telur," tukasnya, seraya meminta agar wartawan jangan menulis namanya. Alasannya, kata sang kader ini, takut nanti insentifnya sebesar Rp 7.500,00 per bulan dihapus oleh petugas gizi dari Lurasik.
Tentang bantuan makanan tambahan bagi para balita gizi buruk, kader ini mengatakan, ia tidak pernah memasak bubur kacang hijau untuk balita asuhannya. "Petugas datang bawa kantong plastik berisikan kacang hijau. Di depan saya, dia rogoh kantong plastik itu dengan dua tangannya lalu memberi saya kacang hijau sebanyak dua genggam. Bagaimana saya bisa kasih makan puluhan balita asuhan dengan kacang hijau sebanyak dua genggam tangan?" katanya.
Dua kader posyandu di Desa Tualene, yang ditemui terpisah kemarin siang, punya kisah lain lagi. Ny. Anika Fanggie (28), kader Posyandu Melati di Dusun Buisena, mengaku mempunyai 37 balita asuhan. "Bulan Januari lalu dapat beras gizi buruk, biskuit dan susu untuk perbaikan gizi balita. Tapi jumlahnya sangat sedikit," ujar Ny. Anita tanpa merinci jumlah bantuan tersebut. Bulan Agustus lalu, tambahnya, balita asuhannya mendapat bantuan biskuit dari petugas gizi di Lurasik. "Tapi para ibu hamil di sini belum pernah dapat bantuan ikan kering dan telor," tukasnya.Ny. Adeline Pandie, kader Posyandu II Teratai menjelaskan, 68 balita asuhannya pernah mendapat bantuan biskuit dan kacang hijau. "Sedangkan bantuan ikan kering dan telor untuk perbaikan gizi ibu hamil, mungkin disalurkan lewat puskesmas pembantu. Tapi saya belum pernah lihat bantuan itu," tukasnya.Sebelumnya diberitakan, dana gizi buruk bagi perbaikan gizi ibu hamil (bumil) dan balita sebesar Rp 90 juta di Puskesmas Lurasik, Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), ternyata hanya dibelikan ikan teri kering sebanyak 17 kilogram dan telur sebanyak tiga rak atau sekitar 90 butir telur. Pengadaan ikan kering dan telur ini untuk kebutuhan tiga bulan untuk 101 ibu hamil dan 1.737 balita di wilayah tersebut. Kasus ini sudah dilaporkan Kepala Puskesmas Lurasik, Ny. Wihelmina Bone kepada Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten TTU, dr. Michael Suri, M.M, pekan lalu. (ade) Pos Kupang, 20 Oktober 2007, hal 1

Tidak ada komentar: